Zat Yang Lebih Tinggi @ Higher Matter
Pengetahuan yang sangat-sangat WAJIB diketahui oleh manusia.
Sejauh ini, saya telah mencuba
menjelaskan penilaian lemah kita terhadap struktur alam semesta
sebenarnya, karena terbatasnya kemampuan persepsi indera kita.
Berkali-kali, kita mengamati urutan
ke arah ‘sub-material; membagi zat hingga tingkatan sel, atom dan partikel sub
atom, hingga akhirnya mencapai tingkat energi murni.
Namun, kita tak pernah
bersungguh-sungguh untuk mengalihkan perhatian kita kepada ‘zat yang lebih
tinggi’, yakni kepada urutan sebaliknya; mulai dari material meningkat ke
‘keadaan yang lebih tinggi’ dari material.
Ketika saya mengatakan ‘zat yang
lebih tinggi’, bukannya bentuk materi al lain yang rupanya lebih
tinggi dari yang ada sekarang. Seperti dinyatakan sebelumnya, material seperti yang kita kenal hanyalah realiti anggapan, berdasarkan penafsiran
indera-indera kita. Menyinggung hal ini, ada juga suatud imensi yang
lebih tinggi dari projeksi ini!
Mari cuba memahaminya dengan contoh
berikut:
Tubuh manusia terdiri dari trillion
sel, yang dapat kita lihat dengan bantuan mikroskop khusus. Dalam kenyataannya,
semua fungsi dari sel tubuh kita ini masih jauh lebih banyak yang belum
terpecahkan.
Apa sebenarnya yang dilakukan sel-sel
ini? Hubungan macam apa yang terjadi di antara satu sel dengan yang lainnya?
Bagaimana mereka hidup, dan bagaimana mereka mati? Bagaimana sel-sel baru
tercipta?
Sebagian besar dari kita menjalani
hidup ini sama sekali tak menyadari akan semua ini.
Setiap sel di dalam tubuh kita memelihara hidup dan fungsinya berdasarkan sifat-sifat struktur mereka yang unik. Sebenarnya, trillion sel di dalam tubuh kita semuanya berkembang biak dari satu sel primer! Gen-gen yang terkandung di dalam kromosom-kromosom dari sel primer ini, membawa semua informasi yang diperlukan untuk setiap sel lainnya untuk memenuhi semua tugas selama kehidupan seseorang. Dengan kata lain, ginjal, hati, otak, jantung kita dan semua organ lainnya hanyalah susunan molekul yang berbeza dari sel-sel ini.
Meskipun fungsi-fungsinya sama sekali berbeda, semua organ kita
berasal dari sumber yang sama! Dan masing-masing organ memiliki
kesadaran, misi, dan mekanismenya sendiri yang unik.
Sekarang, jika kita memandang tubuh
dari luar, kita menyebutnya ‘tubuh manusia’ dan kita melihatnya sebagai
satu ‘kesatuan’ struktur. Kita tak melihat semua sel yang berbeda yang menyusun
tubuhnya. Kita tidak menilai aktiviti kimia yang tak terhitung yang
selalu terjadi dari sudut pandang organ kita, atau lebih tepatnya, sel-sel yang
menyusunnya. Kita hanya memandangnya sebagai sebuah ‘massa’ dan secara kasar
memberi label padanya sebagai ‘paru-paru’, ‘jantung’, ‘ginjal’ dan lain-lain…
Situasi serupa pada
tingkatan zat yang lebih tinggi.
Jika kita umpamakan bahwa galaksi
kita, yang terdiri dari sekitar empat ratus juta bintang, sebagai tubuh
manusia, bintang-bintang dapat diserupakan dengan sel atau organ di dalam
tubuh.
Seperti halnya hati yang memiliki
struktur, prosesor, kesadaran unik dan misinya yang unik yang hendak dicapai
dengan sarana-sarana ini, demikian pula bintang-bintang, yang serupa dengan
sel-sel atau organ-organ dalam tubuh galaktik raksasanya, juga dianugerahi
dengan tingkat kesadaran hidup.
Ketika bumi dilihat dari angkasa, tak
ada tumbuhan atau binatang atau manusia yang nampak. Bumi hanya nampak sebagai
‘massa’ material yang terpisah. Namun bumi ditempati oleh manusia, binatang,
tumbuhan dan spesies lain yang semuanya diperlengkapi dengan sifat-sifat unik
dan di dalamnya juga lebih jauh terbagi-bagi lagi.
Serupa dengan itu, struktur galaktika
juga dapat dipandang sebagai tubuh individu, sebuah entiti dengan
keperibadian! Struktur galaktika ini, yang kita sebut ‘Bimasakti’,
sebenarnya merupakan unit yang hidup, sebuah bentuk kehidupan,
pandangan demikian hanya dipersepsikan oleh struktur galaktika lainnya, bukan
oleh kita.
Seperti halnya manusia, bumi pun
memiliki kesedaran. Struktur yang kita rujuk sebagai ‘bumi’ juga memiliki
kesedaran yang khusus padanya.
Seperti halnya bumi, matahari pun
memiliki kesedaran. Demikian halnya juga dengan galaksi kita!
Kesedaran matahari dibanding
kesedaran galaksi bagai kesedaran sel tunggal dalam tubuh kita dibanding
kesedaran kita. Galaksi kita ada di Alam sebagai mahluk individu
berkesedaran, di antara jutaan galaksi lainnya!
Konstelasi, yang diasosiasikan dengan
simbol zodiak, juga merupakan mahluk-mahluk kosmik berkesadaran dengan
karakter-karakternya yang unik. Muhyiddin ibnu al-Arabi merujuk
pada mahluk-mahluk kosmik ini dalam kitab Pembukaan Mekah (Futuhat
al-Makkiyya) sebagai ‘malaikat-malaikat dalam 12 konstelasi’. Ketika
kita menyatakan bahwa ada jutaan galaksi di dalam kosmos, sebenarnya yang
kita maksudkan adalah ada milyaran entitas sadar di alam galaktika kosmos!
Jadi, kemiripan matahari terhadap
galaksi bagaikan sel tunggal terhadap seluruh tubuh kita. Oleh karena itu,
berusaha untuk memahami lokasi bumi, apalagi satu mahluk hidup di bumi, hampir
mustahil!
Sungguh, untuk menjelaskan lokasi
seorang manusia terhadap bintang, atau sebuah bintang terhadap tubuh galaktik
yang ditempatinya merupakan sebuah tantangan besar. Kita selalu menggunakan
indera kita yang terbatas dalam pencarian ‘sub-materi’ dan mengejar alur
mikrokosmos, tanpa bersungguh-sungguh dalam mengevaluasi ‘supra-materi’
dan makrokosmos.
Bagaimana boleh? Hal ini bagai
mencoba melihat tubuh manusia dari inti sel (nukleus), atau dari kromosom dalam
inti sel! Bagaimana gen tunggal, pada kromosom dalam nukleus boleh melihat
secara lengkap terhadap tubuh yang ditempatinya? Jelas, ini mustahil. Ia bahkan
tak kan dapat melihat atau memahami satu
organ tubuh pun! Sitoplasma, yang mengitari inti sel, akan nampak sebagai
samudra tak bertepi bagi gen ini!
Berdasarkan hal ini, makanya,
merupakan hal yang tidak-tidak jika mengatakan bahwa ruang di antara
planet tertentu dan bintang merupakan ruang kosong, atau hampa.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, segala sesuatu terdiri dari atom, dan atom-atom yang menyusun tubuh tidak berbeda dengan atom-atom dalam benda lain. Dengan demikian, kita semua adalah bagian yang saling terhubung dari senyawa komposit. Dengan kata lain, pada tingkatan atom, kita semua adalah ‘satu’.
Realitas ‘kesatuan’ inilah
yang membatalkan pandangan ‘ruang hampa’ di antara bintang-bintang. Dari
alam atom-atom hingga dimensi-dimensi galaktika, ‘kesatuan’ keberadaan kita
mengakhiri konsep keterbagian dan kekosongan.
Mata kita mempersepsikan
bintang-bintang tersebar acak di angkasa, terpisah satu sama lainnya sejauh
sekian tahun cahaya… Sedangkan pada kenyataannya, jarak antar bintang tidak
lebih dari jarak antara sel-sel individu di dalam tubuh kita. Sebaliknya, ‘kekosongan’
yang nyata di angkasa adalah ‘kejenuhan!’
Mungkin karena ilmu kita yang kurang,
atau karena terbatasnya indera kita, kita gagal untuk mengenali dan
mengevaluasi dengan sungguh-sungguh mengenai tubuh galaktika dan kesadarannya.
Berdasarkan kebenaran resiprokal
dalam maksima Hermetik, ‘Seperti di atas, demikian pula di bawah’, bukannya tak
tepat untuk mengatakan bahwa ‘ego’ dan kesadaran yang kita miliki juga melekat
pada mahluk galaktik dimana kita merupakan bagiannya, meski mungkin kita tak
menyadarinya.
Lokasi yang kita tempati di jagat bagaikan jurang membran yang
mengitari Bimasakti dalam kelompok galaksi lokal kita. Ada sekitar 30 galaksi
di wilayah kita. Yakni ada 30 ‘mahluk galaktik sadar’, mungkin keluarga
mereka!
Mengingat hal ini, kita bahkan tak dapat diumpamakan seperti
sebuah sel di dalam tubuh dari mahluk-mahluk galaktika ini! Jika dimisalkan
bahwa sistem tatasurya kita seperti sel tunggal, Anda dan saya hanyalah
seseorang di antara milyaran orang yang menempati salah satu saja dari
tubuh-tubuh langit dalam sistem tatasurya ini!
Satu bentuk dari mahluk tersebut, yang dirujuk dengan kata ‘malaikat’
dalam terminologi agama, adalah ‘Ruh’ ini dalam dimensi-dimensi
galaktika; yakni kesadaran galaktika…
Seorang ahli kebatinan yang telah mencoba menjelaskan mengenai
Ruh besar ini mengatakan:
“Kami menemukan seorang malaikat yang sangat besar, yang
bahkan tak mengetahui keberadaan kita!”
Seperti halnya sebuah sel tunggal dalam tubuh kita mungkin tak
mengetahui struktur yang kita sebut sebagai ‘otak’, atau otak mungkin tak
mengetahui tentang sel tertentu yang baru hidup, atau tumbuh dan
berkembangbiak, lalu mati dalam beberapa bagian dari tubuh kita…
Setiap dimensi kosmik dipersepsikan sebagai ‘materi’, menurut
indera reseptor dari penghuninya. Ini serupa dengan cara kita melihat obyek,
dalam mimpi-mimpi kita, sebagai dunia material…
Jika kita mengambil skala keberadaan sebagai mistar panjang yang
tak hingga, dan mengasumsikan bahwa tingkat energi murni sebagai titik nol,
maka quark, ion, atom, molekul, sel dan apa-apa yang kita persepsikan sebagai
obyek material, semuanya dapat ditempatkan dalam kisaran 0 – 50 cm. Jadi, jika
alam material yang kita tempati, dan segala sesuatu yang kita persepsikan
sebagai ‘materi’, berada dalam kisaran ini, maka di luar titik 50 cm, ada
bentuk-bentuk kehidupan tak terbatas dalam dimensi-dimensi jagat makrokosmos.
Betapa sangat kecilnya tempat yang kita tinggali di jagat ini!
Bagi kita, evaluasi sifat tak-hingga dari keberadaan demikian
adalah hal yang tak terduga. Namun demikian, dengan sedikit memeras otak, akan
ada nilai yang sangat berharga dalam memahami apa yang dapat kita raih.
Sebagai kelanjutan dari bumi dan kehidupan kita di sini, yakni
kehidupan Akhirat, dan dimensi-dimensi yang kita sebut Surga dan Neraka,
semuanya merupakan bagian, mungkin sebagai organ, dari tubuh galaktika yang
disebut di atas.
Mahluk yang hebat dan istimewa ini hanyalah satu di antara yang
lainnya, dan merupakan bagian dari suku beranggota 30 atau keluarga yang
tinggal di wilayah jagat ini, dan ini mencakup galaksi kita…
Apa yang sedang mereka (mahluk ini, pen) bicarakan? Apa yang
sedang mereka perdebatkan? Apa yang sedang mereka pikirkan? Kita menjalani
hidup kita tanpa menyadari semua ini sama sekali.
Sebuah sel dalam tubuh manusia layaknya sistem Tatasurya dalam
Galaksi!
Apakah setiap orang sama sekali lupa dengan realitas ini?
Tidak?
Inilah titik pentingnya!
Sekecil atau sebesar apapun struktur utamanya, baik itu
mikrokosmos dengan semua gen, bakteri, muon dan quarknya, maupun makrokosmos
yang mencakup matahari, bintang-bintang dan semua benda langit dan mahluk
galaktik…Semua ‘esensi’ mereka, dipandang dari Esensi (dzat) Absolut dan
menurut ‘realitas holografik’, terdiri dari ‘substansi’ yang sama. Karenanya,
setiap bentuk kehidupan, dimanapun posisinya dalam skala keberadaan, dapat
membuat bentuk komunikasi, suatu interaksi dengan semua unit kehidupan di alam
mikrokosmos atau makrokosmos.
Tentunya, jika mereka pertama-tama telah melanglang ke dalam dan
menemukan esensi dirinya sendiri. Karena bentuk komunikasi ini
berdasarkan prinsip-prinsip Esensi Absolut (dzat), seseorang
yang belum terhubung kepada ‘Esensi’ ke arah dalam, tak kan dapat berkorelasi
dalam jaringan tersebut, ke arah luar.
Terutama, kita mesti membebaskan kesadaran kita dan melepaskan
diri dari rintangan yang disebabkan oleh batasan-batasan yang dibebankan alam
keberadaan kita. Semua pengkondisian, penilaian, emosi, dan persepsi yang
sepotong-sepotong mesti hilang! Kesadaran kita mesti dicuci bersih!
Karena kita tahu bahwa kosmos merupakan perwujudan Ilmu dari
Yang Tak Hingga dan Yang Maha Absolut. Dengan demikian, Dzat
dan Ilmu Absolut, Yang Maha Agung selalu hadir dalam setiap partikel
keberadaan!
Jadi, esensi dari kesadaran Anda, ‘Esensi’
dari keberadaan Anda, tidak berbeda dari esensi sebuah atom atau entitas
galaktika dalam mikro atau makro kosmos.
Namun, karena kesadaran kita telah terkena,
terbentuk oleh, kondisi-kondisi tubuh, ia telah terhalang oleh beragam asumsi
dan postulasi. Sebagai hasilnya, ia telah menjadi ‘kesadaran terpisah’
yang terbentuk (oleh dunia luar, pen) dan terhalang, terlepas dari realitas
universal ‘Kesatuan’.
Sedangkan, ‘kesadaran’ bukanlah benda kasat mata yang memiliki
bentuk atau massa. Seseorang bukan mengkondisikan kesadaran dengan
menusuk-nusuk dan mencungkilnya, melainkan mengkondisikannya dengan
menghiasi dan memuatinya dengan informasi yang keliru.
Kesadaran kita dapat disucikan dari informasi semacam itu,
melalui intensitas komunikasi yang dapat dibangun [dari alam Esensi
(dzat) Absolut]dengan mahluk mikro dan makro kosmos.
Bukti menunjukkan bahwa banyak ahli kebatinan dan para wali
dikenal mampu melakukan bentuk komunikasi semacam itu. Sungguh, setiap orang
yang mampu keluar dari ‘kepompong’ persepsi indera mereka dapat
mengakses jaringan tak-hingga dari jagat ini.
Tirai terbesar yang menutupi kesadaran kita adalah ‘tirai
kata-kata’. Kata-kata, atau label-label, atau gambar-gambar yang terhubung
dengannya dalam pikiran kita, telah membutakan kita untuk mencapai pemahaman
sejati terhadap realitas.
Dengan mengidentifikasi gambar-gambar yang terhubung dengan
kata-kata tertentu dalam pikiran kita, dan meyakininya sebagai kebenaran, kita
berhenti untuk mencari lebih jauh, dan karenanya merintangi kita untuk boleh
melihat realitas absolut.
Sebagai akibatnya, dunia-dunia kita makin lama menjadi semakin kecil.
Seluruh hidup kita menjadi terpusat pada kebutuhan dan
keinginan-keinginan.
Hidup kita tersita oleh apa-apa yang kita makan, minum, beli
serta miliki dan menjadi terikat pada hal-hal yang mendasar dan primitif.
Satu-satunya realitas kita hanyalah dunia material dan urusan
jasmani.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, waktu yang kita jalani di
dunia materi ini hanya sekejap dibanding kehidupan kemudian yang menanti kita.
Para penduduk dimensi-dimensi makro sangatlah besar dan beragam,
namun secara kolektif kita melabeli semuanya sebagai ‘malaikat’. Dalam
kenyataannya, mereka adalah mahluk-mahluk dari bidang kesadaran yang lebih
tinggi.
Jika kita tak mengenali kebenaran ini sekarang, kita tak
mempunyai kesempatan lagi untuk mengenalinya di masa datang.
Sebagaimana komponen-komponen tubuh memiliki fungsinya
masing-masing, setiap organisme memiliki misi dan fungsi yang unik. Sebagaimana
tubuh astral, dalam tubuh fisik kita, memiliki kesadaran dan misi, di bidang
makro pun ada mahluk-mahluk sadar dengan misinya yang unik.
Jika matahari memerlukan 255 juta tahun untuk mengitari
Bimasakti, maka matahari hanya berumur 8 tahun karena baru mengitari Bimasakti
sebanyak 8 kali selama hidupnya.
Karena kita berjarak 32.000 tahun cahaya dari pusat Bimasakti,
atau ‘jantung’nya mahluk Galaktik ini, kita tidak lebih hanyalah sebuah
elektron di salah satu kulit permukaan galaktika ini, selain ada milyaran
elektron lainnya!
Seperti halnya kita, mereka lahir, tumbuh, dan mati. Dan seperti
kita, mereka tidak ‘hapus’ dengan kematian, karena bagi mahluk-mahluk
berkesadaran, kematian hanyalah sebuah peralihan dimensi.
Dipandang dari sisi ini, betapa sia-sianya merasa gembira dengan
apa yang kita peroleh, atau merasa sedih karena kehilangan sesuatu di dunia
ini. Sebagaimana tak berharganya apa yang kita peroleh dan miliki dalam mimpi,
begitu pula dengan kepemilikan duniawi bagi kehidupan akhirat. Jika kita tak
ingin kematian kita membangunkan kita dari dunia mimpi ini menjadi realitas
yang menyedihkan, kita mesti membangunkan diri kita sendiri dari penyangkalan
kita saat ini juga, dan mulai membangun dunia nyata kita berdasarkan
pengetahuan nyata.
Ketika kita bermimpi, banyak hal terjadi pada tubuh kita. Kita
tertembak, terpukul, bahkan mungkin menjadi cacat, namun kita selalu bangun
dalam keadaan baik-baik saja tanpa kekurangan apapun. Lebih dari itu, perasaan
ke’aku’an atau ‘ego’ tak pernah hilang.
Si ‘aku’ selalu hadir selama mimpi kita, apapun yang
terjadi dengan tubuh nyata kita. Ini karena tubuh dalam mimpi adalah tubuh yang
bersifat spiritual, dan ruh tidak tersusun dari komponen, maka ia tidak akan
terpecah-pecah.
Hukum tertentu mengatur alam keberadaan yang tertentu pula.
Demikian pula dengan alam Akhirat, ia memiliki hukum dan aturannya sendiri. Namun
demikian, rasa ‘aku’ kita tak akan berkurang, bagaimanapun cara kita hidup,
atau kesenangan atau kepedihan apa yang kita alami, kesadaran dan jiwa kita
akan merasakan semuanya sampai hal yang terkecil.
Bagaimana kapasitas jiwa dan kesararan-diri kita nantinya?
Sejauh mana kita mengembangkan kapasitas ini di dunia, hingga
titik ajal, akan menjadi kapasitas yang tetap selama-lamanya, di alam Akhirat!
Apa yang gagal kita kenali pada dimensi keberadaan ini, tak ada kesempatan
kedua untuk kita kenali di masa datang…
Jika kita tidak memperkuat tubuh spiritual kita sekarang, kita
tak kan memiliki kesempatan untuk kembali ke dimensi ini untuk memperbaikinya.
Apa yang tak dapat kita fahami sekarang, tak kan pernah dapat
difahami di masa datang.
Kita bukan hanya sebagai yang makro dari alam mikrokosmos,
melainkan juga yang mikro dari alam makrokosmos.
Nabi Muhammad SAW mengatakan:
Ada beberapa malaikat, yang telah mencapai tahap Keyakinan(Yaqeen) yang
bahkan tidak menyadari keberadaan dunia ini atau manusia.”
Serupa dengan itu, kita tak menyadari sel-sel yang terus lahir,
tumbuh, melayani, dan mati dalam tubuh kita.
Jika kita tak mengembangkan kesadaran kita dan memperluas
pemahaman kita sekarang, jika kita tidak mengenal diri sendiri dari sudut
pandang ‘Dzt Absolut’ dan terhubung dengan sistemnya serta mencapai realitas
universal selama di dunia, kita tak kan pernah memiliki kesempatan lagi
selamanya. Ini karena kematian akan mengganti karunia dan kemampuan duniawi
dengan kualitas-kualitas yang lebih cocok dengan sifat dan kondisi
dimensi-dimensi berikutnya.
“Dan siapapun yang buta di sini [kehidupan dunia] akan
buta pula di Akhirat…” (Al-Qur’an 17: 72)
Tidak diragukan bahwa yang dimaksud buta dalam
ayat ini bukan merujuk kepada kondisi fisik, melainkan pada kebutaan
spiritual, atau, ketudakmampuan untuk mengenal dan mengevaluasi
realitas. Satu-satunya cara agar tercerahkan, dari jenis kegelapan ini, adalah
dengan melepaskan kesadaran kita dari informasi yang tak perlu dan keliru.
Nabi Muhammad SAW mengatakan:
“Keadaan saat kau hidup akan menentukan keadaan saat kau mati.
Keadaan saat engkau berubah dimensi-dimensi, adalah keadaan engkau akan
melanjutkan keberadaanmu selamanya, di Akhirat.”
Ringkasnya:
Kita nampaknya menempati posisi pertengahan di jagat ini. Tepat
di antara dunia mikro dan makro. Manusia adalah titik peralihan di antara
keadaan-keadaan energi yang meliputi materi tak terwujud dan keadaan ‘supra’
materi.
Setiap dimensi ditinggali oleh entitas-entitas khusus,
sistem-sistem reseptor untuk mengevaluasi entitas-entitas ini, dan persepsi
materi berdasarkan evaluasi-evaluasi ini.
Sel, dan realitas nyatanya, sebagai lawan realitas yang
dipersepsikan atom…
Alam jasmani, yang diciptakan otak kita, sebagai lawan alam
etheral dari mahluk-mahluk galaktika angkasa . . . Dan seterusnya.
Dari sudut asal dan esensinya, kesedaran, yang ada pada
mereka semua, berasal dari Satu Sumber: Ruh.
Dalam Sufisme, identitas Ruh dirujuk sebagai Manusia
Sempurna (Al-Insan Al-Kamil), dan kesadarannya dinamakan Akal
Awal (Aql-I Awwal).
Betapa pentingnya kita memahami tempat dan struktur kita dalam
dunia mikro dan makro tak-hingga ini. Betapa pentingnya kita mencapai pemahaman
ini agar tidak mati seperti jutaan orang yang meninggal tanpa boleh
menaklukan dirinya sendiri
Mereka yang boleh melihat kebenaran akan memandang kepada yang
buta akan kebenaran dan berkata “satu lagi telah meninggal”, bagai
daun yang gugur dari rantingnya, kepergian kita tak bermakna apa-apa bagi jagat
ini.
Maka berhentilah membuang-buang waktu dan energi kita pada
hal-hal yang pada akhirnya akan berpisah dengan kita. Mari memulai hidup dengan
kesadaran bahwa apa yang kita miliki, apa yang kita cintai, dan semua harta
duniawi akan ditinggalkan ketika kita melanjutkan perjalanan kita ke dimensi
berikutnya.
Mari kumpulkan lebih banyak apa yang akan menerangi perjalanan
kita ke depan; mari tingkatkan ilmu kita, tingkatkan kesadaran
kita dan tingkatkan frekuensi energi getaran kita.
Kini kita telah menyedari keadaan-keadaan material yang lebih
tinggi, atau Alam Malaikat (Malakut), mari sekarang
kita jelajahi Alam Kekuasaan Agung(Jabarut).
Dalam bab-bab selanjutnya, ‘Penglihatan Dzat’ dan ‘Kekuasaan yang Esa’, Saya akan berupaya menerangkan bagaimana Dzat Absolut mengevaluasi keberadaan dengan atribut Ilmu, ketika kesadaran kita telah disucikan dan jiwa kita sudah bersih.
Ahmed Hulusi
Comments
Post a Comment