Nama Allah
1 - Allah, merupakan Nama Agung, mencakup semua ciri2 dan
sifat – baik yang mewujud maupun yang tak diekspresikan –
dan digunakan dalam buku Ahmed hulusi untuk menunjukkan
realiti ini, bukannya ‘tuhan’ di luar sana yang terpisah dari
kosmos. Mengingat hal ini, kata Tuhan sengaja dihindari dan
tetap digunakan nama original iaiti Allah, seperti disebutkan dalam
Al-Qur’an. Namun seperti halnya nama ‘Tuhan’, kata ‘Allah’
pun telah dimaknai sebagai ‘tuhan eksternal’ dan bagi
kebanyakan orang hal ini sukar dielakkan. Karena hal ini,
pengarang sering menggunakan frase ‘keberadaan yang
ditunjuk dengan nama Allah’ untuk menarik perhatian
pembaca kepada fakta bahwa Allah hanyalah nama yang
menunjukkan keberadaan tak hingga di luar semua idea
prasangka dan prakondisi. Jadi, keberadaan inilah yang
selayaknya pembaca renungkan, dalam merujuk nama Allah
2 - Berdasarkan uraian di atas, Nama Allah yang dirujuk
dalam buku ini hendaknya tidak difahami sebagai tajuk dari
‘Tuhan’, melainkan sebagai sifat struktural intrinsik dari
Esensi keberadaan, asal muasal modalitas (bentuk) tak hingga
dari alam wujud.
3 - Meskipun Allah melampaui gender apapun secara
transendental, kata ganti ‘Dia’ (He, Inggris) digunakan bukan
hanya karena kata ganti benda tidak tepat atau tidak sopan,
melainkan karena kata ini merupakan terjemahan realistik
terdekat terhadap kata Arab ‘Hu’, yang memiliki konotasi
gender jika digunakan untuk merujuk kepada Yang Agung.
4 - Bahasa Arab Rabb, walau umumnya diterjemahkan
sebagai Tuhan atau Pemelihara, digunakan dalam bentuk
asalnya, bukan hanya karena tidak ada padanan Inggrisnya
yang memadai namun juga untuk mencegah implikasi apapun
terhadap ketuhanan dengan menghindari penggunaannya
secara berlebihan yang melibatkan arti-arti populer yang jauh
dari kebenaran.
5 - Rasulullah, atau Rasul secara tradisional diterjemahkan
sebagai ‘Utusan Tuhan’, yang pada prakteknya memberikan
posisi kurir kepada Nabi Muhammad (saw) seolah menerima
pesan-pesan dari Tuhan fisikal di langit untuk
menyampaikannya kepada manusia(!) Bertentangan dengan
pemahaman primitif ini, Ahmed Hulusi berpendapat bahwa
Rasulullah adalah ceruk ilmu Allah, yakni titik fokal dari
kosmos yang melaluinya ilmu Allah diekspresikan dan
disebarkan, bukannya figur dalam sejarah yang berkeliling
menceramahi umat. Untuk tujuan ini, nampaknya lebih baik menggunakan kata aslinya Rasulullah, atau nama
Muhammad, dibanding sebutan ‘Utusan Tuhan’. (Rasulullah
dan Muhammad digunakan secara sinonim)
Duabelas tahun yang lalu, ketika pertama kali membaca buku-buku Ahmed Hulusi, tak pernah terbayangkan bahwa suatu hari saya akan menerjemahkan karya besar ini
ke dalam Bahasa Inggris. Saya merasa istimewa memiliki
kesempatan ini, dan akan bersyukur jika hal ini bisa membantu lebih memahami Yang Maha Melihat..
Sistem yang sekarang diupayakan sains untuk mengungkapkanya tidak lain dari sistem yang ‘DIBACA’
individu agamis di masa lampau, dan disampaikan melalui
beragam metafora dan analogi. Realiti, seperti yang dijelaskan
Rasulullah Muhammad SAW, Al-Qur’an, dan semua jiwa yang
tercerahkan, sebenarnya adalah medan ilmu yang ingin dicapai
sains dewasa ini. Untuk alasan inilah tepatnya, metafora
agama harus digunakan sebagai katalis dalam penyelidikan
ilmiah, bukannya menjadi kisah-kisah mitologis bagi pikiran!
Comments
Post a Comment