Huruf B
💙Dan ada sebagian manusia yang berkata, Kami beriman kepada Allah menurut makna huruf B dengan keyakinan bahwa Nama-nama Allah menyusun keberadaan mereka dan kehidupan yang akan datang bahwa mereka selamanya akan menjalani akibat dari perbuatan-perbuatan mereka tapi, pada kenyataannya, keyakinan mereka tidak sejalan dengan realiti ini.
💙Ahmed Avni Konuk, seorang pemimpin terkemuka, juga menyebutkan mengenai huruf B ini dalam penafsirannya terhadap Mutiara Hikmah-nya Ibnu Arabi. Berikut cuplikan dari halaman 191, Jilid ke 2, Marmara University Faculty of Theology Publications:
We“Huruf ‘B’ dalam ‘Bi ’ibadihi’ berkonotasi ‘ketergantungan’. Bahwa Allah mewujud pada 'keberadaan’ hamba-hambaNya.”
💙Saya telah dapat memahami rahsia yang berkenaan dengan huruf B ini di dalam Al-Qur’an, maka marilah kita merenungkannya barang sedikit…Ahad, yang tidak dapat dipecah-pecah kedalam bahagian-bahagian atau pecahan-pecahan, sebagai yang Esa yang berbatas, dimana Dia mestinya tidak berada di suatu tempat di ruang angkasa atau Dia itu yang Esa tak-hingga, tak-berbatas, menyeluruh, dalam hal ini, lagi-lagi saya ulangi, tidak ada apapun selain Dia!
💙Maka, wujud itu tak-hingga, tak-berbatas dan ESA, yang lainnya tiada! Atau sebaliknya, Tuhan mempunyai batas-batas dan parameter-parameter serta dibatasi oleh tempat, berkedudukan di suatu tempat di jagat raya…Konsep paling penting yang harus difahami di sini adalah mengenai ketakterbatasan dan ketakberujungan.
💙Al-Qur’an dimulai dengan huruf ba dari Basmalah. Lebih tepatnya, titik di bawah ba. Apabila titik ini diteruskan, ia menjadi alif!
Sama ketika kita ingin membuat sebuah garis, kita memulainya pada sebuah titik, yang kemudian titik tersebut menjadi sumber awal memanjangnya garis yang kita buat. Huruf ba dari Basmalah merupakan titik sumber dari semua karakter dalam Al-Qur’an. Titiknya tidak pernah berubah. Setiap karakter merupakan serangkaian titik-titik yang berdampingan yang nampak seolah berupa garis-garis. Pada hakikatnya, mereka merupakan pengulangan dari titik yang sama!
Hazrat Ali mengatakan:
“Aku adalah titik di bawah ba”, mungkin maknanya, “Aku bukanlah apa-apa, tapi aku adalah semuanya… Aku adalah alif.”
💙Sama ketika kita ingin membuat sebuah garis, kita memulainya pada sebuah titik, yang kemudian titik tersebut menjadi sumber awal memanjangnya garis yang kita buat. Huruf ba dari Basmalah merupakan titik sumber dari semua karakter dalam Al-Qur’an. Titiknya tidak pernah berubah. Setiap karakter merupakan serangkaian titik-titik yang berdampingan yang nampak seolah berupa garis-garis. Pada hakikatnya, mereka merupakan pengulangan dari titik yang sama!
Hazrat Ali mengatakan:
“Aku adalah titik di bawah ba”, mungkin maknanya, “Aku bukanlah apa-apa, tapi aku adalah semuanya… Aku adalah alif.”
💙Telah diterima secara luas bahwa tafsir yang paling tepat dan lengkap dari Al-Qur’an berbahasa Turki adalah karya mendiang Elmali Hamdi Yazir, yang keseluruhannya terdiri dari sembilan jilid. Dalam Jilid 1, halaman 42-43, dapat ditemukan informasi berikut mengenai huruf B:
“Para ahli tafsir yang termasyhur mengatakan bahwa huruf B di sini menunjuk kepada ‘kekhususan’ atau kepada kata depan ‘dengan’ atau ‘mencari pertolongan’…
💙Berdasarkan penafsiran ini, terjemah dari Basmalah (yang dimulai dengan huruf B) menjadi: ‘Untuk, atau dengan nama Allah, yang Rahman dan Rahim’ yang
Memahami Surat Al-Ikhlas
menyiratkan kebergantungan. Ini merupakan pengakuan ‘kekhalifahan’. Memulai suatu aktiviti dengan kata-kata ‘Dengan namaNya’ bermakna ‘Saya memasuki aktiviti ini berkaitan dengan, sebagai khalifah dari, sebagai perwakilan dari, dan sebagai agen dariNya, oleh karena itu aktiviti ini bukanlah aktiviti saya atau yang lainnya melainkan aktivitiNya.’ Ini merupakan keadaan peniadaan di dalam Allah (fana fi-Alah) berkenaan dengan konsep Kesatuan Wujud.”
💙“Rahasia Al-Qur’an ada di dalam Al-Fatihah, rahasia Al-Fatihah ada di dalam Basmallah,
Dan rahasia Basmallah ada di dalam huruf B
Dan aku adalah TITIK di bawah „B‟
Semoga kunci huruf B membuka diri kita kepada sang Diri…
Untuk melihat Realiti secara jelas dan kukuh, kita memerlukan sepasang lensa waskita (basirah) dan ilmu, dimana huruf B sebagai lensa yang satu, sedangkan ilmu mengenai Yang Esa yang Mencukupi-DiriNya Sendiri secara Absolut (al-Ahad-us-Shamad) sebagai lensa yang lainnya.
💙Lensa yang pertama adalah huruf yang paling pertama dari Al-Qur‘an; huruf B. Maknanya terungkap dalam kata-kata Nabi Muhammad (saw), ―Bahagian itu sama dengan keseluruhan yang telah saya terangkan dalam pasal Realiti Holografik dalam buku saya Yang Maha Melihat (The Observing One). Setiap titik dipersepsikan sebagai bahagian atau unit keberadaan, mengandung keseluruhan al-Asma (Nama-nama) dengan potensi lengkapnya.
―Dan di antara orang-orang itu ada beberapa yang mengatakan, ‗Kami beriman kepada Allah (sesuai dengan makna isyarat B) dan Hari Akhir,‘ namun mereka bukanlah orang-orang yang beriman (sesuai dengan makna isyarat B).
Kerananya, menghilangkan makna utama yang dicakup huruf B sebagai dualiti yang tersirat dan tidak memberikan perhatian yang layak kepadanya, sudah pasti menghasilkan pemahaman keliru (Tuhan di atas sana, dan saya di muka bumi‘, yakni menghasilkan pemahaman seperti yang ada sekarang ini)
💙Sedangkan…
Ketidakabsahan(invalid) dualiti telah nyata sejak huruf yang paling pertama dari Al-Qur‘an; huruf B, dari ayat (surat) pertama yang disebut ‗Basmallah.‘ Kebenaran ini, yang disembunyikan oleh para ulama Al-Qur‘an karena pengkondisian yang mereka terima selama pendidikan, diperjelas pertama kali oleh Hazrat Ali sekitar 1400 tahun yang lampau.
💙Ayat ‗B-ismillah‘ menekankan pentingnya MEMBACA Qur‘an dengan kewaspadaan akan makna yang disiratkan oleh huruf B. Huruf B menunjuk kepada realiti bahwa semua kesenangan atau kesedihan yang dialami seseorang, yang dihasilkan dari realiti batinnya sendiri, sesuai dengan makna-makna yang diprojeksikan dari esensinya.
💙 Huruf B mengatakan kepada kita bahawa pengalaman surga atau neraka seseorang adalah akibat langsung dari tindakan-tindakannya; yakni, apa yang mewujud melalui seseorang adalah berdasarkan Nama-nama yang melekat di dalamnya. Makanya, ‗B-ismillah‘ diulang pada setiap permulaan surat… mengingatkan kita akan kebenaran ini.
💙Tahap ke dua berlaku pada orang-orang beriman dengan hati yang benar-benar tercerahkan dan yang telah mencapai hakikat keimanan. Ini adalah keimanan yang disiratkan oleh huruf B, yang menunjuk kepada kebenaran bahwa realiti sang Diri adalah ciri2 dari Nama-nama, dan ciri2 ini wujud dan akan selalu wujud selamanya. Kerananya, ia memanggil yang beriman untuk bangkit kepada realiti yang melalui tindakannya sendiri selalu berdzikir dan mengabdi kepada Allah, dan kerananya pula, mengamati dan menilai kesempurnaan universal Allah pada bentuk-bentuk duniawi (Hamd) yang dimanifestasikan dengan nama al-Waliyy di dalam dirinya sendiri (b-Hamdihi).
💙Ketika huruf B digunakan sebagai kata depan dari sebuah kata yang berkenaan dengan keimanan, seperti ‗percaya kepada akhirat‘ (bil-akhira) atau hari kemudian, ia menunjuk kepada beragam tahap perkembangan yang akan dilewati sang Diri (Qur‘an 84:19) dalam pengejaran aktualisasi-diri.
💙Dan ada sebagian manusia yang berkata, ―Kami beriman kepada Allah menurut makna huruf B (dengan keyakinan bahwa Nama-nama Allah menyusun keberadaan mereka) dan kehidupan yang akan datang (bahwa mereka selamanya akan menjalani akibat dari perbuatan-perbuatan mereka) tapi, pada kenyataannya, keyakinan mereka tidak sejalan dengan realiti ini!
💙Mereka mengira (bahwa dengan mengatakan ―kami beriman menurut makna huruf ‗B‘) mereka dapat menipu Allah (realiti esensi mereka) dan orang-orang yang beriman, tapi mereka hanya menipu diri mereka sendiri, namun mereka tidak menyedarinya!
💙Kesedaran mereka tidak sanggup berfikir matang (mereka tidak mampu melihat realiti), dan Allah telah menambah keburukannya ini. Mereka akan mendatangkan penderitaan yang menyakitkan karena mengingkari realiti mereka.
Ahmed Hulusi
Comments
Post a Comment